Senin, 29 Agustus 2011

Mengatasi Tombol Keyboard Error di Notebook atau Laptop


Pakai keyboard di notebook atau laptop seringkali menjengkelkan.  Ketika sedang asyik mengetik, tiba-tiba kursor loncat kesana-kemari,  kalau tidak hati-hati dan teliti jadi kacau kan? Juga bila saat itu juga sedang fbkan, tiba-tiba kursor nyelonong kemana-mana.  Ada lagi, ketika kita tekan tombol U yang keluar angka 4, kita tekan tombol i yang keluar angka 5. Hahaha… jadi sebel kan? . Lantas adakah solusinya?

Tampaknya kecenderungan keyboard yang “ngaco” model begini ini  terjadi pada hampir semua jenis laptop atau notebook, bahkan mungkin semua laptop dan netbook . Baiklah ini solusinya.

Langkah termudah adalah menggunakan keyboard eksternal. Jadi beli  aja keyboard untuk PC Desktop, kalau merasa risih karena kegedeaan ada kok keyboard eksternal yang berukuran kecil, tinggal pilih aja. Tentu saja pilih keyboard yang USB jangan yang PS2. Dijamin deh gak ada lagi kursor yang suka loncat dan nyelonong kemana-mana, silakan ngetik ngebut dijamin aman. Saya sendiri selalu pakai keyboard eksternal kalau mau mengetik cukup banyak. apalagi keyboard laptop atau netbook agak rentan alias gampang rusak, mengetiknyapun harus pelan, demikian pula menekan tombolnya pun harus lunak tidak boleh terlalu menekan, kalau tidak akan cepat rusak. kadang bunyi teet teet teet, kadang kursor berjalan sendiri atau mengeluarkan huruf yg sama beberapa kali. kalau sudah begini siap ganti aja deh keyboardnya, sayang harganya masih mahal. Solusi termudah ya itu tadi, beli keyboard eksternal.

Akan tetapi jangan gembira dulu, seringkali ketika habis pakai keyboard eksternal, setelah keyboard kita cabut dan kita guna kan keyboard bawaan laptop  ada yang berubah: ketika kita tekan tombol  m, j, k, l, u, I, o yang muncul adalah angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6. Nah lho… jadi repot lagi kan? Jangan panik, ini berarti terjadi pertukaran tombol fungsi Fn.  Tombol Fn ini memang hanya ada pada keyboard di notebook atau laptop.

Kembali kecara mengatasi fungsi tombol Fn yang terbalik secara tak sengaja, begini caranya tekan aja tombol Fn tahan dan jangan dilepas, lalu tekan tombol fungsi numeric.  Tombol numeric ini kalau di laptop q sih berada di deretan paling atas sejajar dengan tombol fungsi F1-F12, bertuliskan Insert dan NumLK. Setelah itu lepaskan kedua tombol tersebut.  Sekarang coba tekan tombol  u, kalau masih muncul angka 4 berarti belum berhasil, ulangi sekali lagi.
Pada intinya fungsi tombol ini mirip tombol caps lock, ditekan sekali berubah menjadi huruf capital, ditekan lagi tombol capslock  berubah kembali ke huruf kecil.

Nah, gimana, ada masukan? Usulan? Tanggapan? Q tunggu…. Thx.

Selasa, 23 Agustus 2011

KISAH CINTA YANG INDAH

 



Sahabatku sekalian, taukah kalian arti cinta sejati ? Apakah sahabat pernah mendengar atau mengetahui kisah cinta Qais dan Laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet ataukah Laila dan Majnun ?

Apakah kisah cinta seperti itu yang dikatakan sebagai kisah cinta sejati ? Seperti yang sahabat ketahui bahwa kisah cinta mereka tidaklah berakhir di pelaminan bahkan rela mati demi cintanya.

Lalu, cinta seperti apakah yang dikatakan sebagai cinta sejati. Cinta sejati antara dua insan adalah cinta yang terus abadi dalam setelah pernikahan yang berlandaskan atas kecintaan mereka kepada Sang Pemilik Cinta yaitu Allah 'Azza Wa Jalla. Walaupun salah satu meninggal, namun cinta sejati ini terus saja abadi. Kisah cinta siapakah yang begitu indah ini ?

Kisah cinta yang paling indah ini siapa lagi yang memilikinya kalau bukan kisah cinta Junjungan kita, Muhammad Saw kepada Khadijah ra.

Sungguh sebuah cinta yang mengaggumkan, cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah ? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"

Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Pada masa penaklukan kota Makkah, orang-orang berkumpul di sekeliling Beliau, sementara orang-orang Quraisy mendatangi Beliau dengan harapan Beliau mau memaafkan mereka, tiba-tiba Beliau melihat seorang wanita tua yang datang dari jauh. Beliau langsung meninggalkan kerumunan orang ini. Berdiri dan bercakap-cakap dengan wanita itu. Beliau kemudian melepaskan jubah Beliau dan menghamparkannya ke tanah. Beliau duduk dengan wanita tua itu.

Bonda Aisyah bertanya, "Siapa wanita yang diberi kesempatan, waktu, berbicara, dan mendapat perhatian penuh Nabi Saw ini?"

Nabi menjawab, "Wanita ini adalah teman Khadijah."

"Kalian sedang membicarakan apa, ya Rasulullah?" tanya Aisyah

"Kami baru saja membicarakan hari-hari bersama Khadijah."

Mendengar jawaban Beliau ini, Aisyah pun merasa cemburu. "Apakah engkau masih mengingat wanita tua ini (Khadijah), padahal ia telah tertimbun tanah dan Allah telah memberikan ganti untukmu yang lebih baik darinya?"

"Demi Allah, Allah tidak pernah menggantikan wanita yang lebih baik darinya. Ia mahu menolongku di saat orang-orang mengusirku. Ia mahu mempercayaiku di saat orang-orang mendustakanku."

Aisyah merasa bahwa Rasulullah Saw marah. "Maafkan aku, ya Rasulullah."

"Mintalah maaf kepada Khadijah, baru aku akan memaafkanmu." (Hadits ini diriwayatkan Bukhari dari Ummul Mukminin Aisyah)

Sahabatku, apakah mungkin ada cinta seperti itu, yang dapat terus abadi setelah orang yang dicintai meninggal 14 tahun yang telah lewat ? Yupz, karena cinta ini tidak pernah didahului hubungan haram dan kerana ketaatan kepada Allah menjadi dasar dalam rumah tangga ini. Rumah tangga yang selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah, bukan rumah yang digunakan untuk mengingat syaitan.

Bagaimana pendapat kalian, sahabat muda sekalian, apakah kalian tidak ingin menjadikan rumah tangga kalian seperti ini ?. Suami membaca Al-Qur'an bersama istrinya. Betapa agungnya ketika anak-anak mereka turut serta membaca Al-Qur'an.

Menjelang waktu Subuh tiba, si isteri membangunkan suaminya untuk melaksanakan solat Subuh. Suami melaksanakan solat Qiyaam al-lail 2 rakaat bersama isterinya. Seperti apa rumah ini ? Indah nian bukan ? betapa manisnya, betapa indah cinta di dalam rumah tangga ini.

Cubalah, pasti kalian dapat menemukan segalanya berubah, cinta pun bertambah, dan Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kalian.

"Menikah jauh lebih baik daripada berpacaran"

-------------
Sumber: http://awaisal-qarni.blogspot.com/2010/06/kisah-cinta-yang-sangat-indah.html
thankyou very much

Selasa, 16 Agustus 2011

Ulang Tahun, Adakah Tuntunannya dalam Islam?

Tradisi pesta ulang tahun, bukanlah tradisi Islami, karena itu bila kita menjadikannya sebagai bagian dari budaya global, alangkah baiknya bila cukup bagikan saja makanan pesta itu kepada fakir miskin dan tinggalkan pesta yg bernada hura-hura. Aka lebih baik lagi bila saat ulang tahun cukup dijadikan peringatan bahwa usia kita pada hakekatnya berkurang, dg demikian mestilah berupaya agar hidup lebih berarti baik untuk dunia maupun akherat. ucapan dan doa keselamatan via facebook misalnya merupakan hal yg cukup positif karena memang  seharusnya kita saling mendoakan kebaikan bagi sesama. Sekedar memberi bingkisan oklah, niati sebagai sodaqoh bukan pemberian yg meminta balasan. Pesta? mending tidak usahlah...gimana menurut Anda?

Dalam catatan di Tabloid NOVA, 679/XIV, 4 Maret 2001, ternyata tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di Eropa sejak berabad-abad silam. Orang-orang pada zaman itu percaya, jika seseorang berulang tahun, setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Nah, untuk melindunginya dari gangguan para makhluk jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-pujian bagi yang berulang tahun. Pemberian kado atau bingkisan juga dipercaya akan menciptakan suasana gembira yang akan membuat para setan berpikir ulang ketika hendak mendatangi orang yang berulang tahun. Ini memang warisan zaman kegelapan Eropa.
Happy ?
Happy ?

Berdasarkan catatan tersebut, awalnya perayaan ulang tahun hanya diperuntukkan bagi para raja. Mungkin, karena itulah sampai sekarang di negara-negara Barat masih ada tradisi mengenakan mahkota dari kertas pada orang yang berulang tahun. Namun seiring dengan perubahan zaman, pesta ulang tahun juga dirayakan bagi orang biasa. Bahkan kini siapa saja bisa merayakan ulang tahun. Utamanya yang punya duit.
Jadi Tradisi ulang tahun sama sekali tidak memiliki akar sejarah dalam islam. Islam tak pernah diajarkan untuk merayakan ulang tahun. Kalo pun kemudian ada orang yang berargumen bahwa dengan diperingatinya Maulid Nabi, hal itu menjadi dalil kalo ulang tahun boleh juga dalam pandangan Islam. Maka ini adalah argumen yang tidak tepat.
Rasulullah SAW sendiri tak pernah mengajarkan kepada kita melalui hadisnya untuk merayakan maulid Nabi. Maulid Nabi, itu bukan untuk diperingati, tapi tadzkirah, alias peringatan. Maksudnya? Kalo kita baca buku tarikh Islam, di situ ada catatan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayubi amat prihatin dengan kondisi umat Islam pada saat itu. Di mana bumi Palestina dirampas oleh Pasukan Salib Eropa. Sultan Shalahuddin menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan kekuatan Pasukan Salib Eropa yang berhasil menguasai Palestina, lebih karena mereka udah kena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Mereka bisa begitu karena mengabaikan salah satu ajaran Islam, yakni jihad. Bahkan ada di antara mereka yang nggak ngeh dengan perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Untuk menyadarkan kaum muslimin tentang pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas ide tersebut, yakni tadzkirah terhadap Nabi, yang kemudian disebut-entah siapa yang memulainya-sebagai maulid nabi. Tujuan intinya mengenalkan kembali perjuangan Rasulullah dalam mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Singkat cerita, kaum muslimin saat itu sadar dengan kelemahannya dan mencoba bangkit. Karuan aja, berkobarlah semangat jihad dalam jiwa kaum muslimin, dan bumi Palestina pun kembali ke pangkuan Islam, tentu setelah mereka mempecundangi Pasukan Salib Eropa. Jadi Maulid nabi bukan dalil dbolehkannya pesta ultah.
Kita kembali ke soal pesta ultah ini. Jadi pesta ultah itu bukan warisan Islam. Tapi warisan asing, alias ajaran di luar Islam. Lalu gimana kalo kita melakukannya? Berdosakah?karena tradisi itu adalah tradisi orang-orang Eropa, yang saat itu berkembang ajaran Kristen, maka pesta ultah tentu saja merupakan tradisi kaum non-muslim. Kalo kita melakukannya, maka termasuk dosa.
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
Dalam riwayat lain.
Rasulullah SAW bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya : Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim).
Dari sini jelas bahwa hukum merayakan ultah adalah haram.
Mungkin ada pertanyaan begini, “Bolehkah merayakan ulang tahun dalam arti berdoa atau mendoakan agar yang berulang tahun selamat, sehat, takwa, panjang umur, dan seterusnya. Semua itu dilakukan dengan cara dan isi doa yang syar’i, tanpa upacara tiup lilin dan sebagainya seperti cara Barat, lalu dilanjutkan acara makan-makan. Bolehkah?”
Jawabannya, berdoa dan makan-makan adalah halal. Tetapi bila dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena hukum haram ber-tasyabbuh bil kuffar. Jadi di sini akan bertemu hukum haram dan halal. Dalam kondisi seperti ini wajib diutamakan yang haram daripada yang halal sebab kaidah syara’ menyebutkan : “Idza ijtama’a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu al halaala.” Artinya, “Jika bertemu halal dan haram (pada satu keadaan) maka yang haram mengalahkan yang halal.” (Kitab as-Sulam, Abdul Hamid Hakim).
Dengan demikian, jika merayakan ultah diartikan sebagai “berdoa dan makan-makan”, dan dilaksanakan pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar’i di atas. Akan tetapi jika dilaksanakan bukan pada hari ultah, maka hukumnya –wallahu a’lam bi ash shawab– menurut pemahaman kami adalah mubah secara syar’i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar karena yang dilakukan pada faktanya adalah “berdoa plus makan-makan”, yang mana keduanya adalah boleh secara syar’i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak pada hari ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan haram sebagaimana kalau acara tersebut dilaksanakan pada hari ultah. Wallahu a’lam.
Allah SWT Berfirman : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. ali Imrân [3] : 85). dan “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isrâ’ [17] : 36).
Rasullah SAW juga bersabda : Belum sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (al-Qur’an). (Hadits ke-41 dalam Hadits al-Arba’in karya Imam Nawawi).
—————–
dikutip langsung dari: http://saif1924.wordpress.com/2008/06/02/hukum-merayakan-ulang-tahun/
gambar diambil langsung dari: http://ressay.files.wordpress.com/2008/07/birthday1.png

Jumat, 12 Agustus 2011

Antara Cinta dan Persahabatan

Oleh: Muhammad Wahid Rosyidi

Dalam kaitannya dengan hubungan muda-mudi di era abad 21, era globaliasi dua kata yaitu cinta dan persahabatan sering disandingkan. Pilihan yang dijatuhkan bisa cinta berarti hubungan berlanjut kearah perasaan yang romantis atau asmara bahkan bisa berlanjut kea rah keinginan atau hawa nafsu atau eros, bisa juga pilihan berupa persahabatan berarti hubungan berlanjut kearah perasaan sesama atau kasih sayang atau agape. Inilah yang mendasari sebuah jargon yang berbunyi persahabatan lebih baik daripada cinta. Tentu saja pernyataan tersebut perlu dibuktikan.
Apabila dikaji lebih lanjut, ada kesalahan logika dalam memberikan pengertian pada dua istilah cinta dan persahabatan tesebut.  Dimana letak kesalahan logika tersebut? Lebih baik kita kaji lebih dulu istilah cinta baik dari aspek makna denotasi (makna dasar), makna konotasi (makna tambahan/makna kontektual), terminologi (peristilahan/batasan) maupun etimologi (asal usul) nya.
Secara denotatif (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia), cinta adalah sayang sekali, suka benar, kasih sekali, selanjutya mengalami perluasan makna menjadi makna konotatif yaitu ingin sekali, rindu, susah hati atau khawatir sehingga muncul isti lah cinta bebas yang berarti hubungan pria-wanita berdasarkan kemesraan tanpa ikatan. Ada juga istilah cinta monyet yang berarti hubungan pria-wanita berdasarkan kemesraan ketika masih kanak-kanak sehingga mudah berubah-ubah.
Secara Terminologi ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan: penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:
  • Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
  • Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
  • Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
  • Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge
Secara  Etimologi beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.
Arti Cinta secara etimologi adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, dalam  cinta kasih terkandung aspek, yaitu: Perasaan, Pengenalan,  Tanggung jawab, Perhatian,  dan Saling menghormati yang  muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai.
Selanjutnya secara bebas cinta dapat dimaknai sbb:
a.       Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi  cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
b.      Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
·         Perasaan terhadap keluarga
·         Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
·         Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
·         Perasaan yang hanya merupakan kemahuan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
·         Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
·         Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
·         Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
·         Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
·         Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme
Cinta berada di semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan. Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada 'jiwa' atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dll. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.
Apabila disederhanakan uraian diatas memberikan pengertian hubungan antara cinta dan persahabatan sebagai berikut: persahabatan adalah salah satu ekspresi cinta yang dinamakan philia atau perasaan terhadap teman-teman. Cinta memiliki makna yang sangat luas, dalam persahabatan pasti ada cinta. Jadi yang satu (persahabatan) menjadi bagian dari yang lain (cinta). Mengapa meski dipertentangkan mana yang lebih baik? Kalau dikatakan persahabatan lebih baik daripada pacaran barangkali ini lebih rasional sebab baik persahabatan maupun pacaran keduanya adalah ekspresi cinta. Hanya saja jawabannya pastilah tergantung, karena bagi si X mungkin lebih baik Cuma bersahabat, tapi bisa jadi lain bagi si Y lebih baik pacaran.
Terima kasih, semoga penjelasan ini berguna. Saya sangat menunggu komentar pembaca yang budiman.

Rabu, 10 Agustus 2011

Nuzulul Qur’an Sebagai Peringatan atau Pelajaran

Pengantar:

Artikel ini intinya mempertanyakan mengapa Nuzulul Qur'an hanya sebatas diperingati, seharusnya lebih baik diaplikasikan dg membaca dan mengkhatamkan Qur'an dan akan lebih baik jika memahami artinya.





Pada bulan Ramadhan banyak umat Islam yang menggelar acara peringatan Nuzulul Qur’an. Untuk itu perlu kiranya kali ini menyoroti masalah Nuzulul Qur’an, hukum memperingatinya dan fungsi utama diturunkannya Al-Qur’an.

Syekh Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuriy (penulis Sirah Nabawiyah) menyatakan bahwa para ahli sejarah banyak berbeda pendapat tentang kapan waktu pertama kali diturunkannya Al-Qur’an, pada bulan apa dan tanggal berapa, paling tidak ada tiga pendapat :
Pertama: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu ada pada bulan Rabiul Awwal,
Kedua: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu pada bulan Rajab,
Ketiga: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an itu pada bulan Ramadhan.

Yang berpendapat pada bulan Rabiul Awwal pecah menjadi tiga, ada yang mengatakan
1. awal Rabiul Awwal
2. ada yang mengatakan tanggal 8 Rabiul Awwal
3. ada pula yang mengatakan tanggal 18 Rabiul Awwal (yang terakhir ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu).
Kemudian yang berpendapat pada bulan Rajab terpecah menjadi dua.
1. Ada yang mengatakan tanggal 17 dan
2. ada yang mengatakan tanggal 27 Rajab (hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu -lihat Mukhtashar Siratir Rasul, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdy, hal. 75-).
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam Fathul Bari berkata bahwa: Imam Al-Baihaqi telah mengisahkan bahwa masa wahyu mimpi adalah 6 (enam) bulan.
Maka berdasarkan kisah ini permulaan kenabian dimulai dengan mimpi shalihah (yang benar) yang terjadi pada bulan kelahirannya yaitu bulan Rabiul Awwal ketika usia beliau genap 40 tahun. Kemudian permulaan wahyu yaqzhah (dalam keadaan terjaga) dimulai pada bulan Ramadhan.
Sesungguhnya kita menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur’an ada pada bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an” (Al-Baqarah: 185). Dan Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (Al-Qadr :1).
Seperti yang telah kita maklumi bahwa Lailatul Qadr itu ada pada bulan Ramadhan yaitu malam yang dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (Ad-Dukhaan: 3).

Dan karena menyepinya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di gua Hira’ adalah pada bulan Ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril as adalah di dalam gua Hira’.
Jadi Nuzulul Qur’an ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab: “Di dalamya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku” (HR. Muslim).
Dalam sebuah lafadz dikatakan “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku”(HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim).
Akan tetapi pendapat ketiga inipun pecah menjadi lima
1. ada yang mengatakan tanggal 7 (hari Senin)
2. ada yang mengatakan tanggal 14 (hari Senin)
3. ada yang mengatakan tanggal 17 (hari Kamis)
4. ada yang mengatakan tanggal 21 (hari Senin) dan
5. ada yang mengatakan tanggal 24 (hari Kamis).
Pendapat “17 Ramadhan” diriwayatkan dari sahabat Al-Bara’ bin Azib dan dipilih oleh Ibnu Ishaq, kemudian oleh Ustadz Muhammad Huzhari Bik.
Pendapat “21 Ramadhan” dipilih oleh Syekh Al-Mubarakfuriy, karena Lailatul Qadr ada pada malam ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah tanggal 7, 14, 21 dan 28.
Sedangkan pendapat “24 Ramadhan” diriwayatkan dari Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo’ , dan dipilih oleh Ibnu Hajar Al-Haitamiy, ia mengatakan: “Ini sangat kuat dari segi riwayat”.
Karena itu memperingati peristiwa turunnya Al-Qur’an pertama kali tidaklah penting, sebab di samping hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in, Al-Qur’an diturunkan tidaklah untuk diperingati tetapi untuk memperingatkan kita.
Peristiwa Nuzulul Qur’an bukanlah diharapkan agar dijadikan sebagai hari raya oleh umat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama perayaan sebagaimana halnya agama-agama lain.”
Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkus dengan perayaan-perayaan yang membuat orang-orang tertarik kepadanya. Karena itu pesta hari raya tahunan di dalam Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Jadi turunnya Al-Qur’an bukan untuk diperingati setiap tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap saat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan, artinya: “Alif Lam Mim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (Al-A’raaf: 1-2).
Bukan Cara Salafus Shalih
Memperingati peristiwa turunnya Al-Qur’an bukanlah cara orang-orang shaleh yang muttaqin. Akan tetapi jejak ulama-ulama Salaf adalah membaca Al-Qur’an, membaca dan membaca lagi. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (Faathir: 29).
Apalagi di bulan Ramadhan, bulan Al-Qur’an ini, Umar radhiallaahu anhu berkata: “Seandainya kita bersih, tentu akan merasa kenyang dari kalam Allah. Sesungguhnya aku amat tidak suka manakala datang sebuah hari sementara aku tidak membaca Al-Qur’an.”
Karena itu beliau tidak meninggal dunia sehingga mushafnya sobek karena seringnya dibaca. Dan ketika menjadi imam pada shalat shubuh beliau sering membaca surat Yusuf yang terdiri dari 111 ayat tertulis dalam 13 halaman, yang berarti satu sepertiga juz.
Hal ini tidak mengherankan karena khalifah kedua Umar bin Khatthab radhiallaahu anhu ketika memimpin shalat shubuh juga selalu membaca surat-surat yang bilangan ayatnya lebih dari 100 ayat seperti surat Al Kahfi (11 halaman), surat Maryam (7 halaman) dan surat Thaha (10 halaman).
Begitulah generasi Qur’ani sangat mencintai Al-Qur’an. Mereka tidak pernah merayakan peristiwa Nuzulul Qur’an tetapi shalatnya membaca ratusan ayat, sementara kita sebaliknya.
Shalat Tarawih di jaman Salaf rata-rata membutuhkan waktu 5 jam, dan kadang-kadang semalam suntuk, yang berarti setiap satu rakaat tarawih (dari sebelas rakaat) membutuhkan waktu 40 menit. Bahkan para sahabat banyak yang shalat sambil bersandar dengan tongkat karena terlalu lamanya berdiri.
Mengkhususkan Membaca Al-Qur’an
Para tabi’in dan tabi’ittabi’in, karena begitu memahami arti dari Ramadhan, bulan Al-Qur’an, dan begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur’an, maka bila bulan Ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh Imam Az-Zuhri dan Sufyan Ats-Tsauri. Sehingga dalam satu bulan khatam Al-Qur’an berpuluh puluh kali. Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari. Sementara Imam Syafi’i di luar Ramadhan setiap hari khatam sekali, dan di dalam Ramadhan setiap hari khatam dua kali. Itu semua di luar shalat.
Begitulah ulama Ahlus Sunah tidak pernah merayakan Nuzulul Qur’an, namun setiap hari khatam Al-Qur’an, ada yang sekali dan ada yang dua kali. Sementara kita sebulan Ramadhan jika khatam sekali saja maka sudah puas dan gembira. Itupun bisa dihitung dengan jari.
Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selama di dalam penjara, dari tanggal 7 Sya’ban 726 H sampai wafatnya 22 Dzulqa’dah 728 H, selama 2 tahun 4 bulan beliau telah mengkhatamkan Al-Qur’an bersama saudaranya Syeikh Zainuddin Ibnu Taimiyah sebanyak 80 kali khatam, yang berarti rata-rata setiap 10 hari khatam satu kali.
Semoga Allah merahmati kita bersama mereka dan semoga kita bisa meneladani Rasulullah, dan para sahabatnya, dan para ulama Salaf dalam mencintai Al-Qur’an dan di dalam tata cara ibadah lainnya. Amin.