Minggu, 05 Februari 2012

MERAIH KENIKMATAN DUNIA UNTUK MENGGAPAI KENIKMATAN AKHERAT


Semua manusia bergerak dan berusaha demi kenikmatan yang menjadi tujuan. Garis besarnya ada dua titik akhir yang diharapkan. Ada yang mengingini dunia sebagai terminal akhir perjalanan, ada pula yang menatap lebih jauh ke depan, mereka jadikan akhirat sebagai akhir perjalanan yang didambakan. Tentu saja kenikmatan akherat jauh lebih baik daripada kenikmatan dunia laksana panas api neraka yang sangat jauh lebih panas dari panas api di dunia.

Allaah S. W. T. menurunkan kenikmatan dari surga ke dunia ini sebesar 1% dari satu kenikmatan yang ada di surga, dan itu kemudian dibagi-bagi ke dalam trilyunan tahun (waktu bumi), kemudian dibagi-bagi lagi ke dalam trilyunan cluster galaksi, kemudian dibagi-bagi lagi ke dalam trilyunan galaksi, yang kemudian dibagi-bagi lagi ke dalam trilyunan bintang dari anggota dari setiap galaksi, dan dari setiap bintang dibagi-bagi lagi, misalnya oleh mahluk di bumi, pada saat ini ada hingga quadrilyun mahluk hidup di bumi ini, mungkin dari awal sejarah hingga akhir sejarah nanti ada hingga penthalyun atau malah sextyun mahluk hidup di bumi ini, setelah dibagi-bagi sedemikian kecilnya, misalnya: makanan, makanan masih mampu memberikan kenikmatan yang tak berhingga bagi yang makan, atau yang disebut dengan surga dunia; sex, setiap kali oleh setiap orang, masih mampu memberikan kenikmatan yang sedemikian nikmat bagi orang-per-orang. itu baru dari 1% dari satu kenikmatan yang ada di surga yang sudah terbagi-bagi menjadi tak berhingga kecilnya, bagaimana klo seluruh kenikmatan yang ada disurga dinikmati keseluruhannya oleh saya secara langsung, terbayang nggak kenikmatan yang akan saya terima??? (andreandw.com)

Dunia itu terlihat seperti fatamorgana. Orang yang kehausan mengira itu adalah air, padahal apabila dia mendekatinya, dia tidak akan memperoleh apa-apa. Dunia juga dihiasi dengan berbagai macam kemegahan dan sesuatu yang menggiurkan. Lagipula Kehidupan dunia adalah singkat seperti musafir yang mampir minum dan mengadakan perjalanan jauh. Bagaimana nikmat dan mewahnya kehidupan dunia ini tapi dia akan berakhir, hilang lenyap sesuai dengan arti fana.

Namun dalam kenyataan tata kehidupan modern saat ini, semakin terlihat jelas gaung perilaku hedonis atau hidup mengejar kenikmatan dunia makin mewabah bak virus yang tak terbendung lagi.

Sementara disisi lain. Ada dari mereka rela mempertaruhakn apapun demi mendapatkan jannah yang dinanti. Mereka juga rela kehilangan berbagai kenikmatan syahwati yang bisa menjerumuskan ke dalam kesengsaraan abadi. Maka segala penderitaan apapun di dunia dia senantiasa berusaha untuk bersabar. Karena itu terlalu ringan dan singkat bila dibanding dengan siksa di akhirat

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Orang-orang yang bertakwa merasakan kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat. Mereka menikmati dunia bersama para pecinta dunia. Sementara pecinta dunia tidak akan merasakan kenikmatan akhirat bersama orang-orang yang bertakwa.” Nahjul Balaghah: 383)

Perumpamaan kedua datang dari seorang ulama yang sangat faqih di Abad 6 H, Ibnu al-Jauzi rahimahullah. Beliau mengumpamakan dunia laksana perangkap yang ditebar di dalamnya biji-bijian. Sedangkan manusia ibarat seekor burung yang menyukai biji-bijian. Burung-burung itu hanya asyik menikmati bijian-bijian itu, tanpa menaruh waspada terhadap perangkap yang akan menjeratnya sekejap mata. Cukup jelas, pemburu dunia terperangkap kenikmatan yang menipu, akhirnya mendekam dalam kesengsaraan tanpa batasan waktu.

Perumpamaan yang lebih menohok dibuat oleh senior tabi’in, Imam penduduk Bashrah, Imam Hasan al-Bashri rahimahullah. Beliau berkata, “Wahai anak Adam, pisau telah diasah, dapur api telah dinyalakan, sedangkan domba masih sibuk menikmati makanan.”

Ya, siksa telah disiapkan, tapi manusia masih terbuai dengan kenikmatan yang memperdayakan. Wallahul musta’an.

Imam al Ghazali menyatakan:

Setiap kehalalan dunia akan dihisab (diperhitungkan amalnya oleh Allah) setiap haramnya dunia akan berakibat adzab Allah dan setiap keindahannya akan berakibat kerusakan.

Jadi, akhir dunia ini adalah ketiadaan dan kebinasaan. Keindahannya adalah petaka dan penyesalan. Inilah dunia

Kehidupan dunia bagaikan air yg menempel pada jari manusia ,ketika ia memasukan jarinya kedalam lautan yg luas.Sedangkan kehidupan akhirat bagaikan sisa air yg ada dilautan luas itu.

Dalam sabda Rasulullah saw:''Demi Allah sesungguhnya dunia dibanding akhirat adalah seperti jika seorang diantara kalian memasukan jarinya pada lautan.maka hendaklah ia berfikir kemana ia akan kembali''.{HR.Muslim}

Pegangan manusia muslim: Carilah dengan (nikmat) yang dikaruniai Tuhan kepda engkau kebahagiaan untuk kehidupan akhirat dan janganlah engkau lupakan kebahagiaan engkau di dunia ini.

Hidup sebenarnya memang sebuah pilihan-piiihan, mau memilih yang mana kita?