by M. Wahid Rosyidi
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. (Wikipedia). Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Namun, Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Peran sekolah sangatlah besar dan menjadi tumpuan bagi orang tua dalam
mendidik anak. Sekolah telah menjadi lembaga pendidikan sebagai media berbenah
diri dan membentuk nalar berfikir yang kuat. Di sekolah, anak belajar menata
dan membentuk karakter. Sekolah merupakan wahana yang mencerdaskan dan
memberikan perubahan kehidupan anak-anak didik. Dengan kata lain, sekolah mampu
memberikan warna baru bagi kehidupan anak ke depannya, sebab di sekolah mereka
ditempa untuk belajar berbicara, berfikir, dan bertindak. Yang jelas, sekolah
mendidik anak untuk menjadi dirinya sendiri. Sekolah bertanggung jawab
menanamkan pengetahuan-pengetahuan baru yang reformatif dan transformatif dalam
membangun bangsa yang maju dan berkualitas. Dengan demikian, peran sekolah
sangat besar dalam menentukan arah dan orientasi bangsa ke depan.
Lebih jauh lagi peran sekolah menjadi sangat signifikan bagi perkembangan
dan kemajuan suatu bangsa. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk
menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak didik, yang
berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsa. Dengan sekolah pula,
umat manusia yang berperadaban dan beragama mendidik anak-anaknya untuk menjadi
anak yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang tinggi
sebagai bekal untuk melanjutkan dan memperjuangkan agamanya.
Tak pelak lagi di era globalisasi sekarang ini, orang tua yang memiliki keterbatasan dalam mendidik anak-anaknya telah menyerahkan anak-anaknya kepada sekolah dengan maksud utama agar di sekolah itu anak-anak mereka menerima ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat dipergunakan sebagai bekal hidupnya kelak di kehidupan dunianya dan kehidupan akheratnya.
Padahal
Islam menganjurkan bahwa pendidikan anak yang utama dan pertama adalah dalam
keluarga. Pihak yang memiliki kewajiban pertama dan utama dalam mendidik anak
adalah orangtua. Hal ini tercermin dari hadist berikut ini: Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau
Majusi (HR a-Bukhari, Muslim, al-Baihaqi, an-Nasa'i, at Tirmidzi). Demikian
pula Allah Subhanhu Wa Ta'ala telah memerintahkan kepada setiap orang beriman
untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk anak-anaknya dari api neraka (QS
at-Tahrim [66]: 6).
Dengan
demikian sekolah adalah pelengkap proses pendidikan yang diberikan orangtua di
rumah. Dalam Islam, sekolah diperlukan untuk melahirkan para ahli ilmu
pengetahuan, para pemimpin mukhtis yang cerdas, para ahli ijtihad dan ahli
fikih, ahli teknik yang mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli ini
diperlukan oleh umat untuk kesejahteraan hidup dan kejayaan umat di mata dunia.
Karena itu, sekolah harus dibingkai dalam sistem pendidikan yang memiliki visi
dan misi untuk kesejahteraan dan kebangkitan umat.
Kerja Sama antara Keluarga dan Sekolah
Hasil pendidikan yang baik akan diperoleh jika ada kerjasama yang erat dan harmonis antara sekolah dan keluarga atau orang tua. Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan mendapatkan :
a. Pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.
b. Mengetahui berbagai kesulitan yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah.
c. Mengetahui tingkah laku anaknya selama di sekolah, seperti apakah anaknya rajin, malas, suka membolos, suka mengantuk, nakal dan sebagainya.
Hasil pendidikan yang baik akan diperoleh jika ada kerjasama yang erat dan harmonis antara sekolah dan keluarga atau orang tua. Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan mendapatkan :
a. Pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.
b. Mengetahui berbagai kesulitan yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah.
c. Mengetahui tingkah laku anaknya selama di sekolah, seperti apakah anaknya rajin, malas, suka membolos, suka mengantuk, nakal dan sebagainya.
Sedangkan bagi guru, dengan adanya kerja sama tersebut guru akan
mendapatkan :
a. Informasi-informasi dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Informasi-informasi tersebut sangat berguna bagi guru dalam memberikan pendidikan sebagai anak didiknya.
b. Bantuan-bantuan dari orang tua dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi anak didiknya di sekolah.
a. Informasi-informasi dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Informasi-informasi tersebut sangat berguna bagi guru dalam memberikan pendidikan sebagai anak didiknya.
b. Bantuan-bantuan dari orang tua dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi anak didiknya di sekolah.
Fungsi Sekolah
Sekolah merupakan wahana sosialisasi anak yang akan menentukan corak berfiki rdan berperilaku yang sesuai dengan norma-norma yang diyakini dan dimiliki masyarakat. Pada gilirannya, kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan akar budayanya dengan kemampuan merespon perubahan di masyarakat. Di sekolah berlangsung proses sosialisasi anak melalui pendidikan. Guru menjadi transformer nilai-nilai budaya kepada semua anak didik untuk menjadi bagian dari masyarakat yang berbudaya. Pada intinya, sekolah memiliki fungsi pendidikan, peran sosial, indokrinasi, pemeiliharaan, dan aktivitas kemasyarakatan.
Sekolah merupakan wahana sosialisasi anak yang akan menentukan corak berfiki rdan berperilaku yang sesuai dengan norma-norma yang diyakini dan dimiliki masyarakat. Pada gilirannya, kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan akar budayanya dengan kemampuan merespon perubahan di masyarakat. Di sekolah berlangsung proses sosialisasi anak melalui pendidikan. Guru menjadi transformer nilai-nilai budaya kepada semua anak didik untuk menjadi bagian dari masyarakat yang berbudaya. Pada intinya, sekolah memiliki fungsi pendidikan, peran sosial, indokrinasi, pemeiliharaan, dan aktivitas kemasyarakatan.
Lebih lanjut dijelaskan oleh (Mukhlison, 2008) bahwa
sekolah memiliki fungsi (a) Mempersiapkan anak untuki suatu pekerjaan, (b)
Memberikan ketrampilan dasar, (c)
Membuka kesempatan memperbaiki nasib, (d) Menyediakan tenaga
pembangunan, (e) Membentuk manusia sosial
Tantangan pendidikan era global
Pada abad ke 21 kencangnya arus globalisasi semakin terasa, menghantam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tofler, pada saat ini sedang
terjadi pergeseran kekuasaan (powershift) yang menggerogoti setiap pilar sistem
kekuasaan lama yang secara mendasar telah dan akan mengubah kehidupan keluarga,
bisnis, politik, negara-negara, dan struktur kekuasaan global itu sendiri.
Kekuatan, kekayaan, dan pengetahuan menjadi tiga dasar kekuasaan yang
mementukan kompetisi global.
Dalam era Informasi, eksistensi keluarga sebagai bagian dari masyarakat juga memberikan implikasi penting bagi sistem baru pendidikan. Menurut Reigeluth dan Garfinkel, model karakteristik masyarakat informasi tersebut antara lain :
a. Tujuan dan model berkisar pada proses pengorganisasian iptek mengenai informasi dan pengembangan pengetahuan.
b. Dasar kekuatannya adalah perluasan kekuatan kognitif dengan teknologi tinggi.
c. Paradigmanya adalah berfikir sistemik, munculnya hubungan sebab akibat (causality), kompleksitas yang dinamis, orientasi ekologi.
d. Berkembangnya teknologi; proses pengumpulan, pengorganisasian, penyimpanan informasi, jaringan komunikasi, sistem perencanaan dan rancangan.
e. Komoditi pokok; informasi dan pengetahuan sebagai kunci produk, manusia profesional dan pelayanan teknik adalah komoditi utamanya.
f. Pola konsumsi lebih kecil dan lebih efisien.
g. Karakteristik organisasi; terpadu, sinergi, perubahan, dan fleksibilitas.
Dalam era Informasi, eksistensi keluarga sebagai bagian dari masyarakat juga memberikan implikasi penting bagi sistem baru pendidikan. Menurut Reigeluth dan Garfinkel, model karakteristik masyarakat informasi tersebut antara lain :
a. Tujuan dan model berkisar pada proses pengorganisasian iptek mengenai informasi dan pengembangan pengetahuan.
b. Dasar kekuatannya adalah perluasan kekuatan kognitif dengan teknologi tinggi.
c. Paradigmanya adalah berfikir sistemik, munculnya hubungan sebab akibat (causality), kompleksitas yang dinamis, orientasi ekologi.
d. Berkembangnya teknologi; proses pengumpulan, pengorganisasian, penyimpanan informasi, jaringan komunikasi, sistem perencanaan dan rancangan.
e. Komoditi pokok; informasi dan pengetahuan sebagai kunci produk, manusia profesional dan pelayanan teknik adalah komoditi utamanya.
f. Pola konsumsi lebih kecil dan lebih efisien.
g. Karakteristik organisasi; terpadu, sinergi, perubahan, dan fleksibilitas.
Stoop (1981: 463-464) menjelaskan bahwa pada hakekatnya lembaga mempunyai 2
fungsi terhadap masyarakat yaitu fungsi layanan dan fungsi pemimpin. Dikatakan
fungsi layanan karena ia melayani kebutuhan masyarakat, baik itu pendidikan,
pengajaran maupun kebutuhan daerah-daerah setempat. Dikatakan sebagai pemimpin
karena ia memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-penemuannya untuk
memajukan kehidupan masyarakat.
Fuad Ihsan (1997: 98-99) mengutip pendapatnya Sapiah Faisal (1980) dalam bukunya dasar-dasar kependidikan menyebutkan 4 peran sekolah terhadap perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut;
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan formal dan non formal. Kecerdasan memang sangat penting bagi perkembangan masyarakat. Masyarakat yang tingkat kecerdasannya tinggi akan mudah memecahkan problema hidup dalam masyarakat.
b. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan akan banyak melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitasnya. Penelitian tersebut akan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk meningkatkan perkembangan masyarakat.
c. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
Untuk terjun kelapangan pekerjaan diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah akan berusaha menyusun kurikulumnya secara fleksibel terhadap perkembangan zaman sehingga akan menghasilkan out put yang siap pakai.
d. Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi social yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat dan sekolah telah berusaha membekali siswanya sejak sekolah dasar lewat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun bidang studi yang lain.
Fuad Ihsan (1997: 98-99) mengutip pendapatnya Sapiah Faisal (1980) dalam bukunya dasar-dasar kependidikan menyebutkan 4 peran sekolah terhadap perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut;
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan formal dan non formal. Kecerdasan memang sangat penting bagi perkembangan masyarakat. Masyarakat yang tingkat kecerdasannya tinggi akan mudah memecahkan problema hidup dalam masyarakat.
b. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan akan banyak melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitasnya. Penelitian tersebut akan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk meningkatkan perkembangan masyarakat.
c. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
Untuk terjun kelapangan pekerjaan diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah akan berusaha menyusun kurikulumnya secara fleksibel terhadap perkembangan zaman sehingga akan menghasilkan out put yang siap pakai.
d. Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi social yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat dan sekolah telah berusaha membekali siswanya sejak sekolah dasar lewat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun bidang studi yang lain.
Namun dibalik fungsi dan peran sekolah yang demikian besar itu, ada
beberapa hal yang patut dipertanyakan. Pertama, proses pendidikan cenderung cognitif
oriented. Kecenderungan ini telah mengarahkan anak didik berperilaku hedonis,
konsumtif, hanya berfikir nilai ekonomis
belaka. Kedua, Munculnya persaingan
antar sekolah dalam ranah material. Sekolah berupaya mencari murid
sebanyak-banyaknya dengan perhitungan semakin banyak siswa akan semakin banyak
nilai profit yang diterima, apalagi banyaknya kucuran dana dari pemerintah baik
berupa BOS, BSM, Blogrant dan bantuan-bantuan lainnya. Sekolah memiliki
kecenderungan menyusun proposal untuk menerima bantuan, sementara aspek
kualitas masih berada diurutan berikutnya. Ketiga, Mengikisnya nilai-nilai
agama pada peserta didik. Transformasi pendidikan yang terjadi melalui
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi cenderung cognitif oriented
sehingga transformasi nilai pun terabaikan. Ketidakseimbangan tersebut dapat
menjadikan terkikisnya nilai-nilai agama pada peserta didik. Salah satu contoh
konkretnya misalnya pada kasus pengggunaan fasilitas Facebook. Facebook sebagai
alat jejaring sosial bisa dimanfaatkan sebagai media transformasi pengetahuan
dan sosial namun dalam penggunaannya banyak pemakainya yang mengabaikan waktu
solat, mengabaikan pekerjaan, mengabaikan belajar, dan mengabaikan kewajibannya
yang lain dan lebih mementingkan diri untuk ber-facebook ria. Tidak itu saja
media televisi, internet dan HP pun ikut andil dalam membentuk nilai moral bagi anak didik.
Kini eksistensi sekolah memang patut dipertanyakan,
sejauh manakah sekolah mampu memberikan tranformasi pengetahuan yang berbasis
religius sehingga di balik majunya teknologi informasi dan komunikasi, sekolah
mampu membekali siswa agar siswa memiliki filter dan kemampuan menyerap tradisi
budaya global sehingga tata nilai moral
dan budaya luhur bangsa serta nilai-nilai agama tetap menjadi acuan utama anak
didik dalam berperilaku sehari-hari. Sebuah tantangan yang sangat berat bagi
sekolah. Dengan demikian peran guru
menjadi sangat strategis, andaikan surga
ditangan kanan dan neraka di tangan kiri, maka guru harus bisa membawa siswa
meraih tangan kanan. Bukankah guru
kencing berdiri, murid kencing berlari? Semoga saja para guru diberi hidayahNya
sehingga mampu membimbing siswa meraih surga.***